SOLUSI INOVATIF MENCEGAH PERADANGAN PADA
SALURAN PENCERNAAN UNGGAS
Disusun Oleh :
Rizal Iqhbal Putra – Marketing Executive Feed Additive
Retno Widiastutik – Technical Executive Poultry
PT Novindo Agritech Hutama
Tingginya kejadian resistensi bakteri terhadap banyak jenis antibiotik membuat pemerintah melarang penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan. Hal tersebut telah tertuang pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2017 tentang klasifikasi obat hewan yang menyebutkan pelarangan penggunaan antibiotik yang di campur pada pakan ternak. Dewasa ini, sejumlah penelitian dilakukan untuk menciptakan inovasi alternatif substitusi pengguanan AGP dalam meningkatkan performance ternak. Salah satu upaya untuk meningkatkan performance pada ternak adalah dengan menjaga sistem pencernaan unggas agar tetap sehat.
Sistem pencernaan memiliki peran yang sangat vital dalam ekstraksi nutrien pakan, kunci utama yang terjadi dalam sistem pencernaan adalah kemampuannya dalam mencerna nutrien pakan sehingga sistem pencernaan harus dijaga kesehatannya (Singh 2008). Dibalik perspektifnya, salah satu upaya untuk mengurangi peradangan pada usus yaitu dengan menambahkan anti inflamasi pada pakan. Penggunaan anti inflamasi masih belum dipandang penting oleh pelaku nutrisi ternak, meskipun inflamasi merupakan mekanisme dasar dari terjadinya proses infeksi dan non-infeksi yang diakibatkan oleh berbagai sebab diantaranya antinutrisi pakan dan heatstress sehingga menyebabkan performance ternak menurun (Boulioux et al. 2003).
Retno Widiastutik selaku Techincal Executive Poultry PT. Novindo Agritech Hutama menyatakan bahwa inflamasi patut menjadi perhatian utama karena perannya penting dalam mempengaruhi proses absorpsi nutrisi di usus. Adanya inflamasi pada permukaan saluran pencernaan dapat menginduksi sel-sel pertahanan tubuh untuk melakukan proses fagositosis dan proses imunologis sehingga menggunakan proporsi energi yang besar untuk penanganannya. Kapasitas energi yang dibutuhkan untuk menangani inflamasi ini yang diperkirakan 10-30% energi dari nutrisi.
Antiinflamasi sebagai solusi meningkatkan performa ternak
Guna memberikan solusi yang inovatif terhadap pencegahan peradangan yang terjadi di usus, PT. Novindo Agritech Hutama menghadirkan Sangrovir sebagai solusi untuk mencegah peradangan. Sangrovit merupakan suplemen phytogenic dengan kandungan ekstrak tanaman Macleaya Cordata yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti AGP. Sangrovit dapat menghambat proses radang pada dinding saluran pencernaan yang disebabkan oleh patogen, toksin, antigen lain serta stress yang diakibatkan oleh lingkungan. Hal tersebut dicegah untuk meningkatkan absorbsi asam amino dan zat nutrien lainnya dengan cara mengikat zat pembawa kode radang sehingga mukosa saluran pencernaan cerna tetap dalam kondisi sehat.
Grafik 1 Penambahan Sangrovit terhadap saleable egg
Grafik 2 Penambahan Sangrovit terhadap produksi telur
Grafik 3 Penambahan Sangrovit terhadap mortalitas
Mengurangi efek heatstress dan meningkatkan FCR
Ditinjau dari berbagai penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa Sangrovit dapat menangani kerusakan pada intestinal dan organ lainnya yang disebabkan oleh adanya efek detrimental dari heat stress yang dipicu oleh adanya systemic inflamantory respone syndrome (SIRS) atau respon inflamasi
yang berlebihan. Sangrovit mampu menekan efek heat stress dan mencegah penurunan intergritas usus dapat menggangu perhitungan feed convertion ration (FCR). Grafik tersebut menunjukan, Sangrovit dengan dosis yang rendah mampu mengurangi mortalitas, mengingkatkan produksi telur dan meningkatkan saleable egg dibandingkan dengan kotrol.
Efek Sinergis terhadap koksidiosis dan Nekrotis Enteritis
Pada kasus koksidiosis dan nekrotis enteritis (NE), inflamasi merupakan proses awal yang dapat menentukan stadium lesi di usus (Singh 2008), sehingga penambahan Sangrovit dapat menghambat proses peradangan di awal stadium infeksi dan memberikan efek yang ringan terhadap penurunan performance. Grafik dibawah ini menunjukan dengan penambahan Sangrovit dapat menghasilkan data yang signifikan untuk mengurangi skoring lesi akibat inflamasi, menurunkan feed convertion ratio (FCR) serta meningkatkan livability.
Grafik 4 Efek sinergisme terhadap program pencegahan
koksidiosis dengan Salinomycin, Nicarbazin dan program vaksinasi.
Grafik 5 Efek sinergisme terhadap program pencegahan koksidiosis dengan
Salinomycin, Nicarbazin dan program vaksinasi.
Efek sinergisme antara Salinomycin, Nicarbazin dan program vaksinasi dengan Sangrovit memiliki efek sinergisme yang baik terhadap program pencegahan koksidiosis. Tabel 1 menunjukan, Penambahan Sangrovit dengan 2 dosis bertahap yaitu SE 60 gram/ton yang setara dengan 24 gram Sangrovit Classic dan SE 90 gram/ton yang setara dengan 36 gram/ton Sangrovit Classic), tidak menghambat koksidia secara langsung, namun dapat membantu menekan respon inflamasi dan memberikan efek positif pada feed convertion ratio (FCR) dan penambahan bobot badan (PBB) serta berbagai indikator inflamasi dibandingkan kontrol (Agarwal, et al. 1993).
Tabel 1 Efek sinergisme terhadap program pencegahan koksidiosis dengan Salinomycin, Nicarbazin dan program vaksinasi.
Dari penjelasan kinerja dan efek positif tersebut, Sangrovit dapat digunakan sebagi antiinflamasi, mengurangi heat stress dan meningkatkan FCR sehingga memiliki sinergis terhadap antikoksi dan NE. Maka Sangrovit menjadi salah satu solusipilihan inovatif yang tepat di dalam era pelarangan penggunaan antibiotik di peternakan saat ini, sehingga kita dapat mendukung kegiatan Pemerintah di dalam Anti Microbial Resistanec (AMR) dan memberikan protein hewani yang bebas antibiotik bagi masyarakat.
Daftar Pustaka
Singh, Amritpal, S Maholtra & R Subban. 2008. Antinflamantory and Analgesic Agents. From Indian Medicinal Plants. International Journal of Inegrative Biology.
Agarwal SNP. Piesco, DE. Peterson J. Charon JB. Suzuki KS. Godovski GL. Southard. 1993. Efect of sanguinarine, chlorhexidine and tetracycline on neutrophil viability and functions in vitro. J. Periodontal Res. 32: 335-344.
Boulioux, PB. Koletzko F. Guarner, V Braesco. 2003. The intestine and its microflora are partners for the protection of the host. J. Clin. Nutr. 78 : 765-683.