SALAM KENAL UNTUK PHYTOGENIC
Disusun Oleh :
drh Retno Widiastutik
Technical Team PT. Novindo Agritech Hutama
Antibiotic Growth Promotor (AGP) sejatinya telah digunakan lebih dari 50 tahun di Amerika dan negara lainnya dengan indikasi memberikan benefisial efek pada efisiensi produksi unggas dan babi. Sejak saat itu penggunaan antibiotik sebagai growth promotor menjadi tidak terkendali. Study yang dilakukan Van Boeckel di tahun 2014 menyebutkan konsumsi antibiotik global pada tahun 2010 oleh 228 negara (termasuk Indonesia) adalah 63,1 ribu ton dengan proyeksi pada tahun 2030 dapat mencapai 105,6 ribu ton. Isu resistensi pada antibiotik tertentu dalam pakan ternak telah ada sejak tahun 1950-an, antara lain terhadap streptomycin dan tetracycline (Dibner, 2005). Namun tindakan pembatasan antibiotik dalam pakan hewan baru secara tegas diberlakukan oleh Uni Eropa sejak 1 Januari 2006. Sejak adanya pembatasan penggunaan AGP di Eropa, secara bertahap negara lain di dunia mengikuti, tidak terkecuali Indonesia.
Pada dasarnya tujuan penggunaan AGP adalah untuk meningkatkan efiensi dari saluran pencernaan (usus) untuk mendapatkan performa ternak yang optimal dengan menyeimbangkan mikroflora dan menangkis agen-agen infeksius dalam saluran pencernaan untuk memaksimalkan fungsi utama usus. Usus merupakan lokasi utama dari berbagai proses seperti pencernaan, fermentasi dan absorpsi nutrisi, metabolisme nutrisi, immunorekognisi, immunoregulasi, dan pengembangan immunotoleransi. Usus terdiri dari komponen-komponen fisik, kimia, immunologis, dan mikrobiologis yang berperan sebagai pertahanan selektif antara jaringan tubuh ayam dan lingkungan rongga usus. Paparan agen infeksius pada usus dapat menyebabkan ketidakseimbangan lingkungan usus yang memicu penurunan produktifitas, penurunan intake, dan masuknya penyakit saluran pencernaan.
Mengingat pentingnya perlindungan terhadap saluran pencernaan ayam namun penggunaan obat sintetik berbahaya atau antibiotik juga dilarang, dibutuhkanlah alternatif sumber pengendalian penyakit dengan mengurangi penggunaan AGP. Kini, pelaku industri peternakan beralih pada Natural Growth Promoter (NGP). NGP merupakan bahan tambahan pakan yang berasal dari alam yang tidak beresiko menimbulkan resistensi terhadap bakteri atau residu yang tidak diinginkan pada produk hewani. Variasi produk NGP yang telah dikembangkan antara lain : prebiotik, probiotik, symbiotik, phytogenic, organic acid, enzyme, essensial oil, dan lain-lain.
Syarat NGP yang dapat menjadi alternatif AGP seharusnya adalah memiliki benefit yang sama dengan AGP. Syarat tersebut antara lain :
- Memiliki efek antimikroba
- Mengurangi kejadian dan keparahan infeksi subklinis
- Mengurangi pengambilan nutrisi oleh mikroba
- Meningkatkan penyerapan nutrisi
- Mengurangi metabolit yang dapat menekan pertumbuhan
- Mengontrol mikrobiota agar dalam keadaan seimbang
- Menghambat produksi dan ekskresi cytokine oleh sel imun (makrofag)
- Mengarahkan komposisi mikrobiota pada tingkat yang tidak menyebabkan reaksi radang
Berdasarkan persyaratan tersebut, tidak satupun dipenuhi secara keseluruhan oleh NGP, terkadang dibutuhkan strategi kombinasi NGP untuk mendapatkan hasil yang serupa dengan AGP. Namun, beberapa NGP dapat memberikan manfaat lain melalui efek tidak langsung.
Dari sekian banyak pilihan NGP, sejauh ini gaung phytogenic belum terdengar kencang dan cenderung kalah dengan gema probiotik dan organic acid yang terlebih dahulu “booming”. Namun apakah sesungguhnya phytogenic ini, berikut ulasan tentang phytogenic.
Pengertian Phytogenic
Phytogenic juga mempunyai nama lain Phytobiotic, merupakan imbuhan pakan yang berasal dari produk turunan tanaman yang digunakan dalam pakan ternak yang bertujuan untuk meningkatkan performa dari ternak tersebut (Windisch et al., 2008). Senyawa phytogenic ditambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan kecernaan, penyerapan nutrisi, dan eliminasi mikroorganisme patogen yang ada dalam saluran pencernaan (Muthusamy and Sankar, 2015).
Gambar1. Berbagai macam tanaman obat
Produk natural asal tanaman tidak terlalu popular dengan anggapan bahwa efek yang ditimbulkan tidak signifikan dan membutuhkan waktu yang lama. Namun tidak semuanya benar, berbagai penelitian telah membuktikan bahwa berbagai phytogenic dapat memberikan efek yang signifikan terhadap kualitas hidup hewan ternak. Kelebihan dari phytogenic dibandingkan dengan NGP lain adalah : toksisitas rendah dan tidak menimbulkan residu.
Phytogenic didapatkan dari hasil ekstraksi tanaman obat. Secara umum zat aktif yang berasal dari tanaman obat ditemukan dalam bentuk metabolit sekunder. Satu tanaman obat akan menghasilkan lebih dari satu metabolit sekunder sebagai bahan bioaktif seperti alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin phenolat, polifenol, terpenoid, polipeptida, thymol, dan lain-lain. Dengan kandungan bahan aktif yang bermacam itulah perlu kita waspadai bahwa pada satu tanaman dapat memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Efek tersebut ada kalanya bersifat saling mendukung (Sinergis atau Aditif), namun terkadang juga memiliki sifat yang kontradiktif atau berlawanan baik yang bersifat menghambat maupun mengurangi kinerja dari masing-masing zat aktif.
Contoh sederhana yang dapat diambil adalah temulawak (Curcuma xanthoriza), senyawa phenolic yang terdapat dalam temulawak secara ilmiah telah terbukti dapat menurunkan kadar trigliserida dalam darah pada pasien hyperlipidemia namun disisi lain temulawak juga secara teruji dapat memberikan efek stomakikum (memacu nafsu makan) sehingga kedua fungsi ini akan saling memberatkan. Perlu suatu teknologi tertentu untuk mengekstraksi zat aktif yang hanya kita butuhkan agar tujuan pengobatan lebih optimal. Senyawa yang tidak kita butuhkan tersebut disebut dengan zat ballast/senyawa banar.
Phytogenic yang baik adalah tanpa menyertakan zat ballast/senyawa banar dalam kandungannya sehingga dapat diperoleh efek farmakologis yang spesifik dan signifikan. Hal ini yang menjadi pembeda dengan pengertian herbal yang beredar di Indonesia. Herbal merupakan segala produk olahan asal sebagian atau seluruh bagian tanaman sehingga zat ballast/senyawa banar yang terkandung masih ikut dalam hasil olahannya.
Kegunaan Phytogenic
Phytogenic secara luas telah diketahui memiliki kegunaan yang beragam sebagai antioksidan, meningkatkan fungsi pencernaan, dan memberikan efek positif pada penyembuhan berbagai penyakit.
- Antioksidan
Tanaman dengan kandungan antioksidan tinggi seperti Thyme dan Oregano mengandung bahan monoterpene, thymol, dan carvacrol, dan juga teh Hijau dan buah-buahan yang diketahui mengandung flavonoid dan anthocyanin yang tinggi sebagai zat antioksidan.
Pada makanan manusia telah sering pula kita dengar diberikan imbuhan antioksidan phytogenic yang dapat melindungi lemak bebas dari kerusakan oksidasi dengan ditambahkan alpha tocopheryl acetate atau butilated hydroxytoluene.
- Efek Digesti
Produk phytogenic mengembangkan aktivitas awal dalam pakan untuk meningkatkan rasa sehingga dapat mempengaruhi pola makan dan sekresi mukus dalam saluran pencernaan. Feed additive phytogenic dapat meningkatkan enzim-enzim pencernaan dari air liur, pankreas, mukosa usus, dan meningkatkan aliran empedu. Selanjutnya, phytogenic juga meningkatkan permukaan penyerapan nutrisi pakan pada usus ayam broiler dengan meningkatkan Apparent Ileal Digestibility (AID) yang menandakan tingginya ketersediaan suatu nutrisi dalam usus.
- Aktivitas Antimikroba
Phytogenic dapat secara selektif mempengaruhi mikroorganisme melalui aktivitas antimikroba, atau dengan stimulasi eubiosis mikroflora dalam usus. Hal ini menyebabkan pemanfaatan dan penyerapan nutrisi lebih baik. Efek antimikroba dari phytogenic bergantung pada karakteristik physicho-chemical dari senyawa tanaman. Sebagian besar studi menunjukkan bahwa phytogenic secara aktif melawan bakteri gram positif dibandingkan dengan gram negatif. Namun bukan berarti phytogenic tidak dapat melawan bakteri gram positif, hanya saja dosisnya harus lebih tinggi.
- Efek antikoksi
Feed additive phytogenic telah diketahui dapat melawan berbagai spesies Eimeria penyebab koksidiosis. Betaine yang merupakan by product dari industri gula dapat menekan tingkat penurunan bobot badan pada unggas yang diberikan infeksi Eimeria berbagai spesies dengan melindungi sel dari stress osmotic yang dikaitkan dengan dehidrasi dan memungkinkan aktivitas metabolisme sel secara normal.
- Induksi Sistem Kekebalan Tubuh
Polisakarida yang berasal dari banyak tanaman memainkan peran penting dalam merangsang pertumbuhan organ kekebalan tubuh seperti limpa, timus, dan bursa fabrisius unggas. Selain itu dapat pula meningkatkan jumlah dan aktivitas dari banyak jenis sel kekebalan sel limfosit T dan B, makrofag, natural killer (NK) serta meningkatkan respon imun seluler dan humoral.
Dari sekian banyak fungsi dari phytogenic dapat kita simpulkan bahwa phytogenic secara umum dapat meningkatkan performa produksi dengan berbagai macam cara. Pengukuran pencapaian ini dapat dilihat dari peningkatan kecernaan pakan, penurunan tingkat kematian atau kejadian penyakit, dan juga peningkatan kualitas karkas. Dengan demikian senyawa phytogenic telah sesuai untuk digunakan sebagai alternatif pengganti Antibiotic Growth Promoter (AGP).
Reference :
- Dibner, J.J., and J.D. Richards. 2005. Antibiotic Growth Promoters in Agriculture: History and Mode of Action. Poultry Science 84: 634 – 643.
- Windisch, W., K. Schedle, C. Plitzner, and A. Kroismayr. 2008. Use of Phytogenic Products as Feed Additives for Swine and Poultry. J. Anim. Sci. 86 (E.Suppl) : E140 – E148.
- Muthusamy, N., and V. Sankar. 2015. Phytogenic Compound Used as a Feed Additives in Poultry Production. International Journal of Science, Environment and Technology, Vol. 4, No 1, 167 – 171.