Mengenal Trace Mineral Organik

MENGENAL TRACE MINERAL ORGANIK

Oleh

drh. July Abdul Salam

Marketing Specialist Feed Additive

Pada awalnya, nutrisi esensial untuk unggas hanya berdasarkan pada kandungan karbohidrat, lemak dan protein dalam pakan. Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan diketahui bahwa mineral juga berpengaruh penting terhadap fungsionalitas tubuh ayam. Penentuan standar kebutuhannya di dalam formulasi pakan didapatkan dari hasil data penelitian yang dilaporkan selama tahun 1960 hingga 1980. Pentingnya dibuat standar kebutuhan ini pada ayam berdasar kepada prinsip bahwa utilisasi suatu zat nutrisi yang paling efisien ketika diberikan kepada unggas dalam jumlah dan proporsi yang seimbang dengan zat nutrisi yang lain.

Mineral dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah kebutuhan yang dibutuhkan di dalam tubuh ayam. Makro mineral merupakan jenis mineral yang kebutuhannya di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah yang besar, diantaranya adalah potassium, sodium, klorin, kalsium dan fosfor. Sedangkan mikro mineral merupakan jenis mineral yang kebutuhannya di dalam tubuh diperlukan dalam jumlah yang kecil, diantaranya yang paling penting meliputi zink, zat besi, mangan dan kuprum. Fungsi mineral di dalam tubuh ayam sangat beragam, tergantung dari jenis mineral yang dimaksud. Berikut adalah jenis mineral dan fungsi utamanya:

Pada pakan, suplementasi mineral mikro umumnya berasal dari jenis inorganik. Inorganik merupakan jenis mineral yang diikat dengan atom poliatomik, dengan bentuk paling umum untuk pakan adalah mineral yang diikat dengan oksida atau sulfat. Sumber mineral inorganik berasal dari bebatuan yang ketersediannya banyak di alam. Hal inilah yang menjadi alasan mineral inorganik relatif lebih murah. Walaupun demikian, mineral mikro inorganik memiliki tingkat penyerapan yang lebih rendah karena adanya interaksi antara mineral yang dapat mengganggu penyerapan mineral mikro inorganik. Interaksi ini dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara jumlah pemberian mineral satu dengan mineral yang lainnya. Dinamakan sebagai antagonisme mineral, dimana antara mineral satu dengan mineral yang lainnya dapat terjadi interaksi negatif yang menyebabkan penyerapan berkurang.

Sumber : Lifezone.com

Hal inilah yang juga menyebabkan mengapa suplementasi mineral mikro inorganik umumnya diberikan dua hingga sepuluh kali lebih banyak dari jumlah rekomendasi National Research Council (NRC) untuk pakan ayam. Pemberian berlebih ini berujung kepada pemborosan dan pencemaran lingkungan akibat eksresi mineral organik yang terlalu banyak di feses.

Jenis kedua dari mineral mikro adalah mineral mikro organik. Organik merupakan jenis mineral yang umumnya diikat dengan komponen organik. Sumber mineral organik sendiri berasal dari tumbuhan atau ragi, dimana mineral dichelasi dengan bahan organik tersebut menggunakan proses tertentu. Proses ini yang menyebabkan harga mineral organik relatif lebih mahal dibandingkan dengan mineral inorganik. Namun, ikatan antara mineral dengan komponen organik ini sifatnya lebih stabil di lumen usus, yang menyebabkan bioavailabilitasnya menjadi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral inorganik.

Komponen organik yang dipakai pada mineral organik dapat dibagi menjadi empat macam. Jenis-jenisnya dijelaskan sebagai berikut :

  1. Berikatan dengan asam amino, dibagi menjadi tiga :

-Metal Specific Amino Acid Complex : Mineral diikat dengan satu jenis asam amino spesifik, karena hanya diikat satu jenis spesifik, absorbsinya dalam tubuh paling konsisten. Contoh: Zinc glycine, zinc methionine.

-Metal Amino Acid Complex : Mineral diikat dengan asam amino, namun jenisnya tidak spesifik. Hal ini menyebabkan kenaikan berat molekul yang mengurangi konsistensi absorbsinya.

– Metal Amino Acid Chelate : Mineral diikat mirip dengan proteinat, hanya saja dikatakan chelate jika berat molekul dibawah 800 Dalton.

  1. Berikatan dengan proteinat :

Mineral dichelasi dengan cara incomplete digestion dari sumber protein tertentu, dimana menghasilkan ikatan logam dengan proteinnya. Karena molekulnya sangat besar, hasilnya kurang konsisten dan metode produksinya juga bervarias

  1. Berikatan dengan polisakarida :

Mineral dihasilkan dengan pencampuran larutan polisakarida. Memberikan lapisan proteksi kepada mineral untuk selama pencernaan.

  1. Berikatan dengan asam organik :

Jenis ini sangat mudah terserap dan tidak terlalu signifikan bioavabilitasnya dengan inorganik. Contoh mineral dengan propionat.

Utilisasi dari mineral organik sendiri bergantung dari ligand-nya, yakni ikatan antara mineral dengan bahan organiknya. Hal ini menyebabkan mineral yang diikat dengan single asam amino atau molekul kecil yang lainnya memiliki penyerapan dan bioavailabilitas yang lebih baik bila dibanding dengan mineral yang diikat dengan molekul organik yang lebih besar. Bioavailabilitas dari mineral ini diukur dengan skala Relative Bioavailability (RB), dan secara garis besar, RB mineral inorganik lebih rendah dibanding RB mineral organik, dan mineral organik dengan ukuran molekul yang lebih besar, memiliki nilai RB yang lebih rendah bila dibanding mineral organik yang diikat dengan molekul lebih kecil.

Konsiderasi Pemilihan Mineral Organik :

            Dari penjelasan diatas tersebut, terdapat beberapa kriteria yang dapat dipakai disaat ingin menentukan jenis mineral organic yang akan dipakai, yakni sebagai berikut :

  1. Persentase Mineralnya : Dikarenakan berasal dari organisme, akurasi mineralnya bervariasi dan garansi persentase dari produk menjadi keharusan.
  2. Jenis Asam Aminonya : Jenis asam amino yang berikatan juga berpengaruh kepada efikasi mineralnya, semakin kecil ukuran molekulnya semakin bagus (glisin merupakan asam amino dengan ukuran paling kecil).
  3. Rasio logam dengan pengikatnya : Rasio antara logam dengan pengikat juga sangat berpengaruh terhadap penyerapan, rasio terbaik adalah 1 : 1 atau lebih dimana logam yang ada memiliki cukup pengikat, sedang dibawah itu kurang bagus karena tidak semua logam memiliki cukup pengikat.
  4. Kelarutan : Mineral organik harus bias larut agar mampu diserap tubuh, jenis pengikat yang digunakan mempengaruhi kelarutan.
  5. Berat molekulnya : Semakin kecil berat molekulnya, maka akan semakin baik penyerapannya.
  6. Stabilitas : Stabilitas untuk mendapatkan penyerapan mineral paling optimal harus kuat, namun juga tidak boleh terlalu kompleks ikatannya karena justru akan mengurangi penyerapan.

                                                               DAFTAR PUSTAKA           

http://www.fao.org/docrep/field/003/ab470e/ab470e06.html

http://www.lifezone.com/health-information/faq/

Schaible, PJ. 1941. The Minerals in Poultry Nutrition. Poultry Science, Vol 20, pp 278-288

Swiatkiewicz, A. Wlosek-Arczewska, A. Jozefiak, D. 2014. The efficacy of organic minerals in poultry nutrition: review and implications of recent studies. World Poultry Science Journal, Vol 70 pp 475-486.

Vinus, Nancy Sheoran. 2017. Organic Minerals in Poulty. Advances in Research, 12(3): 1-10.