BIOTOKSIN :
MUSUH TERSEMBUNYI PETERNAK
Oleh drh. Retno Widiastutik,
Technical Executive Poultry PT. Novindo Agritech Hutama
Istilah biotoksin mungkin terdengar kurang familiar dalam dunia peternakan, namun dalam dunia kesehatan masyarakat bukanlah hal yang baru. Pada kenyataannya biotoksin ini merupakan ancaman yang cukup serius pada ternak kita. Biotoksin pada makna umum merupakan senyawa toksik yang diproduksi oleh material biologis, hewan, tumbuhan maupun organisme hidup dan terdiri dari beberapa tipe. Sifat biotoksin sulit dicapai dengan sistesis kimia, memiliki toksisitas yang tinggi, dan memiliki jenis yang banyak dan juga bisa sangat berbahaya bahkan dalam jumlah yang kecil. Hal tersebut membuat biotoksin menjadi ancaman biologis yang serius bagi kesehatan.
TOKSIN YANG DIPRODUKSI OLEH FUNGI
Pada dunia peternakan, jenis biotoksin yang sangat sering kita dengar adalah mikotoksin, yaitu toksin yang diproduksi oleh fungi atau jamur. Mikotoksin diketahui menjadi bahan kontaminasi umum pada bahan pakan ternak dan pakan jadi yang disimpan dengan kondisi kurang baik. Mikotoksin telah menjadi isu global sehingga pada masing-masing negara telah menetapkan standar minimum dan atau maksimum pada pakan ternak atas berbagai jenis mikotoksin sehingga kejadian toksisitas akibat mikotoksin bisa ditekan dengan berbagai metode pengendalian. Pengukuran kadar mikotoksin pada bahan baku dan pakan telah umum dilakukan dengan beberapa metode baik secara kualitatif atau kuantitatif sehingga pencegahan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh mikotoksin ini lebih mudah dilakukan. Mikotoksin dapat menekan fungsi sistem imun dengan menurunkan proliferasi dari limfosit yang telah diaktivasi, mengganggu fungsi fagosit makrofag, dan menekan produksi sitokin namun juga dapat menginduksi reaksi hipersensitivitas pada berbagai dosis (Park et al, 2015).
TOKSIN YANG DIPRODUKSI OLEH BAKTERI
Berbeda dengan mikotoksin, toksin yang diproduksi oleh bakteri (bacterial toxin) merupakan metabolit sekunder dari bakteri yang cukup sulit untuk diukur tingkat kontaminasinya sehingga seringkali luput dari kewaspadaan, pahadal bacterial toxin ini jauh lebih membahayakan bagi ternak. bacterial toxin sendiri dibedakan menjadi 2 macam yaitu eksotoksin dan endotoksin.
Eksotoksin diekskresikan oleh bakteri gram positif maupun gram negatif yang masih hidup, bersifat sangat toksik dan relatif tidak stabil. Eksotoksin diproduksi secara spesifik untuk merusak fungsi sel host dan memfasilitasi bakteri dalam menembus jaringan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas enzimatik yang ditimbulkan sehingga memperparah tingkat kerusakan jaringan. Bakteri yang berbeda, dapat memproduksi toksin atau enzim yang berbeda sehingga menghasilkan mekanisme dan efek yang berlainan satu dan lainnya. Meskipun secara kuantiti produksi toksin tiap bakteri sangat kecil tetapi potensinya sangat tinggi sehingga menimbulkan derajat keparahan organ yang tinggi hingga bahkan kematian.
Salah satu eksotoksin yang menjadi ancaman utama dalam industri peternakan adalah Net B dan α Toxin dari Clostridium perfringens. Toksin ini dapat menurunkan gut barrier dengan membuat celah pada dinding enterosit, merusak enterosit dan tight junction protein mengakibatkan mudahnya patogen melewati lapisan epitel usus dan masuk ke dalam sirkulasi. Kesakitan yang parah hingga kematian akut akibat enterotoksemia.
Berbeda dengan eksotoksin, endotoksin merupakan kompleks lipopolisakarida dari sel membran bakteri gram negative seperti E.coli dan Salmonella sp, toksisitasnya sedang, dan relatif stabil. Endoktoksin dirilis saat proses autolisis bakteri, proses fagositosis sel bakteri oleh sistem imun, dan juga hasil dari kematian sel dari penggunaan antibiotik. Endotoksin tidak mempunyai aktivitas enzimatis namun dapat memicu reaksi inflamasi pada jaringan dan merupakan material pyrogen atau menimbulkan panas. Endoktoksin menyebabkan munculnya berbagai reaksi antara lain demam, diare, vomit, dispneu, shock, dan koagulasi intravaskular.
Secara umum endoktoksin pada saluran intestinal tidak bersifat membahayakan pada hewan yang sehat, tetapi adanya stressor yang dapat menimbulkan rusaknya gut barrier seperti heat stress dan mikotoksin dapat memicu adanya translokasi endotoksin ke dalam saluran darah (Reisinger et al, 2020).
Sepanjang hidup ternak terpapar endotoksin dan lapisan epitel dari mukosa saluran intestinal sebagai barrier agar endotoksin tidak masuk ke dalam sirkulasi darah. Penurunan imunitas dan kerusakan epitel intestinal menyebabkan endotoksin ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan shock sepsis atau kematian akibat infeksi dalam aliran darah.
Banyaknya kerugian yang ditimbulkan dari adanya biotoksin baik mikotoksin, eksotoksin dan endotoksin pada ternak tidak dapat diatasi dengan pemberian antibiotik saja karena kematian dari bakteri penghasil toksin tidak dapat mengurangi efek buruk yang ditimbulkan dari toksin yang telah dihasilkan. Solusi yang dapat menjadi pilihan untuk menangani toksin tersebut adalah dengan pemberian material yang dapat mengikat dan mengeluarkan bakterial toksin dari saluran pencernaan hewan.Calibrin Z merupakan biotoxin binder yang menjadi salah satu pilihan terbaik untuk mengikat biotoksin baik mikotoksin, eksotoksin maupun endotoksin. Material mineral yang unik dari Calibrin Z mampu memberikan pengikatan yang baik untuk eksotoksin, endotoksin maupun mikotoksin sehingga terlindungi dari ancaman kontaminasi biotoksin dalam pakan maupun di dalam saluran intestinal.
Produk Calibrin-Z terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor pendaftaran KEMENTAN RI No. I.21023850 FTS.1. Produk ini didistribusikan oleh PT. Novindo Agritech Hutama. Kontak kami di www.novindo.co.id atau hubungi Marketing kami di no telp. (021) 75875390/ 91/ 92 untuk mendapatkan informasi produk selanjutnya. Adv