Ancaman Parasit pada Peternakan Unggas

ANCAMAN PARASIT PADA PETERNAKAN UNGGAS 

Oleh drh. Retno Widiastutik,
Technical Executive Poultry PT. Novindo Agritech Hutama

 

” Dalam upaya pemeliharaan ternak unggas salah satu ancaman yang sering dianggap remeh adalah kehadiran parasit. Faktanya kehadiran parasit ini dapat menurunkan tingkat produksi ternak dengan berbagai kerugian yang ditimbulkan” .

Parasit merupakan organisme yang “menumpang” hidup di dalam atau di luar organisme lain (host/induk) dan bersifat merugikan organisme induknya. Kata merugikan disini dapat memiliki beberapa makna. Parasit dapat ikut makan dan menjadi pesaing dalam perebutan makanan dengan induk, menimbulkan kerusakan pada tubuh unggas sebagai hasil dari proses pencarian makanan atau siklus perkembangbiakannya, menimbulkan gangguan yang menghasilkan stress dan menurunkan kualitas hidup bila infestasinya dalam jumlah banyak, serta dapat berperan sebagai pembawa penyakit tertentu yang membahayakan induk. Secara umum parasit yang menyerang unggas diklasifikasikan kedalam 2 grup besar, yaitu Metazoa dan Protozoa. Pembeda utama dari kedua grup ini adalah sel penyusun tubuhnya. Protozoa tersusun dari satu sel/bersel tunggal sedangkan Metazoa disusun oleh sel yang lebih kompleks (multiseluler) membentuk jaringan dan organ dengan fungsi spesifik. Hal ini membuat Protozoa digolongkan sebagai jenis hewan primitif .

Protozoa merupakan organisme sederhana, bersel tunggal, dan dapat hidup bebas secara mandiri atau sebagai parasit. emua sel dari protozoa mampu untuk melakukan fungsi biologis untuk bertahan hidup. Protozoa bersifat heterotropik atau tidak mampu memproduksi makanan sendiri dan makan dengan cara fagositosis. Sebagian besar protozoa bereproduksi melalui cara aseksual. Namun, beberapa protozoa dapat bereproduksi secara seksual melalui konjugasi (transfer material genetik) atau pembentukan gametosit. Berdasarkan lokasi infestasinya, protozoa ini masuk dalam kategori endoparasit atau parasit yang hidup di dalam tubuh host. Diantaranya ada golongan hemoparasit (parasit darah) seperti Leucocytozoon sp, Trichomonas sp, Plasmodium sp. dan lainnya. Sementara golongan endoparasit yang paling populer adalah golongan cacing yang secara susunan seluler masuk ke dalam golongan Metazoa.

Metazoa yang dalam parasit unggas terbagi atas golongan cacing (endoparasit) dan arthropoda (insekta/ektoparasit). Metazoa masuk dalam kingdom animalia karena susunan sel pembentuknya yang rumit. Metazoa ini biasanya berbentuk simetris bilateral dan mempunyai sistem pembagian kerja antar sel. Lokasi infestasi metazoa pada tubuh unggas dapat tergolong menjadi endoparasit dan ektoparasit.

EKTOPARASIT

Ektoparasit adalah parasit yang hidup diluar/permukaan tubuh induk/host, di kulit, dan tidak memasuki bagian dalam tubuh induk. Organisme yang termasuk dalam ektoparasit pada unggas antara lain kutu, tungau, dan juga caplak. Beberapa spesies utama yang menjadi ancaman adalah tungau Dermanyssus gallinae atau yang lebih sering kita temui di kandang dengan sebutan gurem, tungau Knemidocoptes mutans yang menyebabkan Scaly Leg, dan juga caplak Argas yang menjadi carrier beberapa penyakit unggas. Ektoparasit ini menyebabkan gangguan stress secara fisik akibat infestasi yang tinggi, menurunkan tingkat produksi dan pencapaian bobot badan, dan juga yang lebih berbahaya adalah menjadi media transmisi dari beberapa penyakit penting pada unggas seperti spirochetosis, leukosis, dan pox.

Infestasi dari ektoparasit ini cukup beragam dari ringan hingga infestasi berat, hal ini bergantung dari beberapa faktor pendukung keparahan antara lain:

  • Umur ayam : ayam muda lebih rentan karena belum memiliki kekebalan, sedangkan ayam tua akan membentuk kekebalan ringan akibat infestasi di awal masa hidupnya.
  • Musim : ektoparasit lebih aktif pada musim panas dan hal ini menjadi waktu yang tepat untuk melakukan penanganan pada host, namun secara umum dapat dijumpai pada musim penghujan karena adanya peningkatan kelembaban yang mendukung perkembangan parasit
  • Sistem perkandangan : perkandangan dengan sistem alas kandang litter menunjukkan insiden parasitik yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem kandang baterai
  • Higienitas dan Manajemen kandang : kondisi kebersihan yang baik menurunkan kans hidup dari ektoparasit menjadi lebih rendah
  • Medikasi : penggunaan insektisida baik topikal, lingkungan maupun secara oral dapat mempengaruhi kejadian infeksi ektoparasit di kandang tersebut

Seringkali kita cukup kewalahan dengan penanganan ektoparasit di kandang yang tak pernah usai atau terus berulang. Beberapa hal yang perlu kita pahami sebelum penanganan adalah jenis dan karakter ektoparasit yang menyerang sehingga akan sesuai dengan strategi pencegahan atau pengobatan yang akan kita terapkan. Ektoparasit pada unggas ada 2 jenis yaitu Permanen dan Intermitten, Keduanya dibedakan dari karakter hidup masing-masing.

Ektoparasit permanen melalui semua fase siklus hidupnya berada pada tubuh ayam, sehingga untuk pengendaliannya perlu dilakukan hanya pada ayam saja. Ektoparasit yang masuk dalam kategori ini adalah golongan kutu seperti Menacanthus stramineus, Menopon gallinae, Echidnophaga gallinacea dll. Kutu dapat hidup selama 1 minggu diluar host hanya untuk bertelur, dan siklus hidupnya akan lengkap dalam 2-3 minggu. Predileksi kutu di ayam terutama pada sayap dan tubuh.

Kontrol untuk serangan kutu menitik beratkan pada penanganan di ayam saja. Berikut teknis kontrol untuk kutu di ayam :

  • Perlakuan insektisida pada ayam dengan metode dipping (perendaman) dengan larutan insektisida yang paling aman dan dilakukan secara cepat (2-3 detik) untuk menghindari paparan toksisitas
  • Perlakuan insektisida juga dapat diberikan secara spraying pada ayam dengan penyemprotan dari belakang kepala agar butiran cairan insektisida tidak terhirup oleh ayam (pada tipe kandang open house baterai)
  • Pilihlah formulasi insektisida yang larut air sehingga cepat kering dan seminimal mungkin memberikan residu toksik pada ayam

Ektoparasit intermitten melalui beberapa fase perkembangan di host dan juga di lingkungan jadi untuk fokus pengendalian tidak hanya di host tapi juga di lingkungan. Contoh ektoparasit yang masuk kategori ini adalah tungau merah (Dermanyssus gallinae/gurem) dan juga caplak Argas persicus. Diagnosis dari ektoparasit biasanya didasarkan dari history adanya perlambatan pertumbuhan dan penurunan produksi. adanya iritasi, dan ada atau tidaknya anemia. Diagnosa paling tepat adalah dengan identifikasi jenis ektoparasitnya melalui pemeriksaan mikroskopis untuk menentukan jenis ektoparasit yang menyerang.

Tungau

Merupakan ektoparasit intermitten dan sering ditemui di peternakan ayam. Parasit ini menimbulkan kerugian karena menghisap darah dari ayam dan menimbulkan ketidaknyamanan yang dapat berujung anemia dan pada penurunan produksi telur.

Ada dua jenis tungau yang cukup dikenal antara lain Gurem (Dermanyssus gallinae) dan Scaly Leg Mite (Knemidocoptes mutans). Gurem dapat menjadi pembawa dari beberapa penyakit unggas seperti Salmonellosis dan juga bersifat zoonosis karena dapat menular ke manusia. Penularan dari gurem melalui antar unggas secara langsung, dan cenderung aktif di malam hari. SIfat gurem yang mudah menular maka sanitasi dan isolasi menjadi kunci untuk penanganan infestasi gurem di kandang.

 

Caplak

Termasuk dalam ektoparasit intermitten dan merupakan jenis arachnida bercangkang lunak. Serangan caplak menyebabkan iritasi dan gelisah pada ayam. Menjadi waspada karena kemampuannya untuk membawa penyakit seperti spirochetosis dan juga kemampuan hidup tanpa makanan hingga beberapa bulan sehingga butuh teknis pengendalian yang tepat untuk membasmi parasit ini. Pengendalian dari ektoparasit intermitten membutuhkan dua pendekatan, yaitu penanganan host dan juga penanganan lingkungan karena beberapa fase parasit berada di luat tubuh host, jadi agar tuntas keduanya harus terintegrasi. Titik kontrol untuk ektoparasit intermitten adalah :

  • Perlakuan insektisida pada host seperti yang step-step yang dilakukan pada penanganan ektoparasit permanen
  • Sebelum aplikasi insektisida, sebaiknya kandang telah dalam keadaan bersih dari kotoran
  • Pengendalian dengan insektisida di lingkungan kandang, dengan di spray maupun di fogging/fumigasi
  • Penggunaan insektisida di kandang tertutup lebih baik menggunakan metode fumigasi karena dapat penetrasi lebih luas di area kandang, namun perlu dipastikan kandang harus tertutup dan bebas angin dengan sirkulasi yang baik
  • Saat pemakaian insektisida saat kandang kosong, pastikan kondisi kandang kering sebelum ayam dapat dimasukkan.

“Seringkali kita kewalahan dengan penanganan ektoparasit di kandang yang tak pernah usai atau terus berulang, identifikasi spesies dan penanganan yang tepat akan menekan kerugian yang ditimbulkan“